Masa kuliah menjadi kesempatan kita untuk mengembangkan diri.
Mendalami ilmu yang diminati, bergaul dengan teman dari berbagai latar
belakang, belajar lebih mengenal diri sendiri; banyak hal yang bisa
dimaksimalkan saat masih menyandang predikat mahasiswa.
Namun, kampus tak lantas lunas memberikan semua yang kita butuhkan
sebagai bekal hidup di masa depan. Ada lho hal-hal yang sebenarnya
sangat kita butuhkan dalam hidup, tapi tak bisa kamu dapatkan di bangku
kuliah.
1. Sikap Rendah Hati dan Kemauan untuk Belajar Tidak Bisa Kamu Dapatkan Di Bangku Kuliah. Mereka Hanya Bisa Kamu Dapatkan Lewat Pengalaman Nyata Di Lapangan
Sebagai lulusan Jurusan Sastra yang bekerja di bidang jurnalistik, ilmu-ilmu tentang kesusastraan ternyata tak seberapa digunakan. Menulis berita dan artikel dengan teman-tema populer justru memaksamu memperdalam wawasan dan kemampuan tata bahasa. Jika saat kuliah kamu terbiasa menulis dengan gaya bahasa yang ilmiah dan cenderung kaku, pekerjaan menuntutmu lebih luwes dengan berbagai gaya penulisan.
Yang pasti, proses belajar tidak begitu saja berhenti setelah sah
menyandang gelar sarjana. Memasuki dunia kerja berarti memulai proses
belajarmu kembali. Bukan lewat buku-buku perkuliahan atau catatan dari
dosen, kamu justru belajar dari tugas-tugas yang didelegasikan atasan
padamu. Misalnya, ketika didaulat menulis tentang fenomena kemacetan
Jakarta, kebutuhan mencari dan menyusun data adalah proses belajar yang
secara tak langsung kamu lakoni.
2. Senioritas Tidak Menentukan Apapun, Kerja Kerasmu yang Jadi Penentu Kesuksesan
Dalam budaya pergaulan di kampus dikenal istilah senior dan junior. Adik tingkat sebagai junior terdidik menghormati kakak tingkat atau senior
yang biasanya lebih tua atau lebih dahulu mengenyam pendidikan di
kampus. Merekalah yang sedikit banyak membantu mengenalkan dunia kampus
padamu – saat perlu meminjam buku atau ingin bertanya tentang karakter
dosen-dosen pembimbing misalnya.
Namun, sistem ini tentu tak berlaku di dunia kerja. Usia bukanlah
patokan yang menentukan siapa yang seharusnya lebih dihormati atau
dianggap senior. Maganer-mu di kantor bisa jadi
usianya lebih muda darimu dan hal itu sah-sah saja. Yang pasti, semangat
kerja dan perjuangannya bisa jadi lebih besar darimu lantaran posisi
dan pencapaian juga jauh di atasmu.
3. Tak Ada Pembelajaran di Kelas yang Mengajarkanmu Cara Berkembang Dengan Cepat. Kemampuan Komunikasi dan Kelihaian Bekerja Hanya Bisa Kamu Pelajari di Dunia Nyata
Baik mahasiswa yang individualis atau mereka yang terbiasa bekerja
dengan kelompoknya terbukti bisa sama-sama sukses di kampus. Kemampuan
komunikasi atau bekerja sama dengan orang lain tidak jadi isu yang
begitu penting. Padahal, yang terjadi di dunia nyata justru sebaliknya.
Tugas-tugas kantor mengharuskanmu bisa bekerja dalam tim. Misalnya,
seorang staf marketing tak bisa begitu saja menentukan strategi
marketing yang paling cocok untuk perusahaan. Sebuah keputusan baru bisa
diambil setelah proses diskusi panjang dengan staf lain yang terlibat,
persetujuan dari atasan, hingga akhirnya diputuskan. Demi bisa melewati
proses ini dengan lancar, kemampuan komunikasi adalah yang kamu
andalkan. Intinya, baik gaya bicara, sikap, dan kemampuan mengontrol
emosi diri harus benar-benar diperhatikan.
4. Hanya Lewat Interaksi Sehari-hari Kamu Bisa Membedakan Antara Kawan dan Lawan. Lewat Cara Inilah Kamu Bisa Bertahan di Tengah Persaingan
Ketika masih kuliah, kamu dengan mudah melabeli satu persatu temanmu.
Dia yang selalu iri ketika nilaimu ternyata lebih baik dari nilainya
bukanlah teman. Kawan adalah dia yang selalu menyemangatimu saat ujian,
atau dia yang selalu berbaik hati meminjamkan catatan.
Sementara, yang terjadi di dunia kerja justru jauh berbeda. Bahkan,
teman dan lawan akan sangat sulit dibedakan. Rekan kerja yang setiap
makan siang selalu menemani dan jadi teman mengobrol, bisa jadi saingan
terberatmu. Mungkin, dialah yang menjadikanmu gagal mendapat promosi
lantaran prestasinya ternyata lebih baik darimu.
Apakah hal ini salah? Tentu tidak. Setiap orang berhak berjuang
secara profesional untuk karirnya. Kamu pun selayaknya bisa berlaku
dewasa dengan tidak membiarkan urusan pekerjaan mempengaruhi pertemanan
kalian.
5. Gelar Setinggi Langit Tak Akan Serta Merta Mengajarkanmu Kepekaan. Hanya Dari Interaksi Sehari-hari Kamu Akan Belajar Bagaimana Caranya Menjaga Perasaan
Saat kuliah kamu merasa bisa bebas menjadi dirimu sendiri. Kamu bisa
lugas menegaskan apa yang kamu suka dan tidak disukai. Ketika mendapat
tugas kelompok, kamu juga punya kesempatan untuk menghindari teman-teman
yang tidak membuatmu merasa nyaman.
Namun, hidup dalam lingkungan sosial yang lebih luas mendidikmu untuk
belajar menahan diri. Kecil kemungkinan kamu bisa memilih tim kerja
yang kamu sukai lantaran hal itu biasanya sudah ditetapkan perusahaan.
Kamu seharusnya siap menghadapi berbagai karakter rekan-rekan kerjamu.
Sementara, menjaga sikap dan tutur katamu pun sudah jadi hal yang wajib
karena dari situlah mereka akan menilai dirimu.
6. IPK Tinggi Tidak Menjamin Kesuksesanmu. Justru Jejaring Luas dan Koneksi yang Bisa Membantu
Jika saat kuliah pertemananmu hanya berkutat di lingkungan jurusan atau
fakultas, tentu akan berbeda setelah lulus. Pasalnya, kamu butuh
menjalin pertemanan yang lebih luas – dengan lebih banyak teman dari
berbagai latar belakang. Yang pasti, kelak saat mencari pekerjaan atau
merintis bisnis, kamu akan menyadari pentingya koneksi tersebut.
7. Tak Ada Pelajaran Kuliah yang Mengajarimu Cara Praktis Mengatur Pengeluaran. Lewat Kekurangan Uang, Rekening yang Pas-pasan — Barulah Kamu Akan Belajar Bertahan
Setelah lulus dan hidup mandiri, salah satu tantangan terbesar yang
harus dihadapi adalah mengatur keuanganmu. Tentang bagaimana
menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran. Menghitung gaji lalu
menyesuaikannya dengan berbagai kebutuhan yang tidak bisa tidak
dipenuhi. Kamu pun sekuat-kuatnya berusaha menyisihkan uang demi bisa
punya tabungan. Walaupun terdengar tidak mudah, ‘matang’ secara finasial
adalah tuntutan di usia dewasa.
8. Di Bangku Kuliah Kamu Hanya Akan Gelisah Saat Salah Dalam Mengerjakan Soal Ujian. Namun Di Dunia Kerja Nanti Kamu Perlu Belajar Bahwa Kegagalan Tak Boleh Membuatmu Menyerah
Nilai ujian yang jelek atau saat tak bisa menjawab pertanyaan dosen di
kelas mungkin membuatmu terlihat tidak pintar. Tapi, dunia kerja
menjadikan kesalahan sebagai sesuatu yang justru berharga. Kesalahan
atau kegagalan justru menunjukkan usahamu yang terus-menerus. Misalnya,
seorang entrepreneur yang beberapa kali bangkrut justru akhirnya bisa menemukan bidang usaha yang paling sesuai untuk digelutinya.
9. Hidup Ternyata Bukan Soal Tujuan, Proses Panjang Di Baliknyalah yang Membuatmu Berkembang
Sistem belajar di kampus membiasakan kita berorientasi pada nilai.
Kadang, ketika hasil ujian tak cukup memuaskan, kita akan merasa kecewa
atau bahkan sedih. Kondisi ini bisa jadi membuatmu cenderung ambisius,
terlalu fokus pada tujuan tapi tak menikmati proses. Kamu boleh jadi
dapat nilai bagus tapi tak lekat-lekat meresapi ilmu yang kamu pelajari.
Lepas dari kampus menjadikanmu sadar bahwa hidup tak selalu soal
tujuan atau target. Menghadapi berbagai tugas dari bos meyakinkanui
bahwa setiap hari adalah proses belajar dan kesempatan bertumbuh jadi
pegawai sekaligus pribadi yang lebih baik. Bahkan, kamu pun belajar
untuk selalu siap menghadapi kemungkinan gagal yang bisa datang kapan
saja. Yang pasti, sekali dua kali jatuh tak lantas menghentikan
langkahmu, kamu akan bergegas berlari dan melanjutkan perjalananmu.
10. Kamu Tidak Bisa Bergantung Pada Orang Lain. Kawan Akan Datang dan Pergi. Satu-Satunya yang Bisa Kamu Harapkan Adalah Dirimu Sendiri
Semua orang berproses dengan kehidupan mereka masing-masing, termasuk
teman-temanmu. Dulu, saat masih kuliah, banyak hal yang kalian bisa
lewati bersama. Mengerjakan tugas, makan siang, nongkrong sepulang
kuliah; kebersamaan ini harus diakui menjadikan beban hidupmu sedikit
terasa lebih ringan.
Namun, keadaan akan 180 derajat berubah ketika satu-persatu temanmu
lulus. Mereka mulai melanjutkan hidup ke jenjang selanjutnya; mulai
menjajal berbagai lowongan pekerjaan, melanjutkan kuliah S2, atau justru
memutuskan untuk segera menikah. Bukan berarti tak lagi peduli satu
sama lain, tapi masing-masing individu memang harus memperjuangkan
hidupnya sendiri. Kamu pun sudah seharusnya mulai berjuang sendiri demi
masa depanmu.
No comments:
Post a Comment