“Skripsinya udah sampai mana? Kapan wisuda?”
Gak sedikit mahasiswa angkatan tua yang masih asyik menyandang statusnya sebagai mahasiswa, meski teman seangkatan sudah banyak yang wisuda. Mengetahuinya sejak lama membuatmu berpikir bahwa skripsi adalah momok.Padahal, asal kamu tahu saja, sebagian besar mahasiswa tua yang tak kunjung mendapatkan gelar sarjana itu bukannya tidak pintar, namun tidak meluangkan waktunya untuk fokus mengerjakan skripsinya. Mereka lebih memilih membagi fokus dengan mengerjakan hal-hal lain, seperti menjadi karyawan penuh waktu, berwirausaha, atau bahkan mengurusi rumah tangga bagi yang sudah menikah.
Tidak dapat dipungkiri, momok terbesar bagi para mahasiswa adalah
tugas akhir atau skripsi. Karena inilah yang akan menentukan apakah kamu
pantas mendapatkan gelar sarjana, tugas akhir atau skripsi tak jarang
mudah membuatmu frustrasi. Kemungkinan bahwa kamu harus mengganti
metode, mengubah judul, hingga ganti dosen pembimbing menambah rasa
frustrasimu itu. Jika rasa frustrasi itu kamu biarkan, lama-kelamaan
kamu malas mengerjakan karena takut, malas, dan merasa tidak mampu.
Niatmu yang tadinya bulat pun tak lagi jadi menggebu-gebu.
Tapi kamu tak boleh patah arang. Skripsi gak hanya soal kepintaran
dan semangat, namun juga niat. Kamu selalu butuh niat sekeras baja untuk
akhirnya bisa mengenakan toga!
1. Banyak mahasiswa yang belum lulus juga bukan karena mereka tidak pintar, namun karena mereka gagal fokus merampungkan kewajiban.
Gak sedikit mahasiswa angkatan tua yang masih asyik menyandang statusnya sebagai mahasiswa, meski teman seangkatan sudah banyak yang wisuda. Mengetahuinya sejak lama membuatmu berpikir bahwa skripsi adalah momok.Padahal, asal kamu tahu saja, sebagian besar mahasiswa tua yang tak kunjung mendapatkan gelar sarjana itu bukannya tidak pintar, namun tidak meluangkan waktunya untuk fokus mengerjakan skripsinya. Mereka lebih memilih membagi fokus dengan mengerjakan hal-hal lain, seperti menjadi karyawan penuh waktu, berwirausaha, atau bahkan mengurusi rumah tangga bagi yang sudah menikah.
Maka dari itu penting bagimu untuk fokus mengerjakan skripsi. Ukur
kemampuan diri dan pertimbangkan dulu apakah kamu memang akan mampu
menanggung lebih dari satu kewajiban sebelum memutuskan untuk memulai
usaha, menjadi karyawan, atau menikah. Jangan sampai kewajiban ekstra
itu akhirnya menunda kelulusanmu.
Skripsi itu sebenarnya sama kayak pacar, kamu perlu memberikan
perhatian yang cukup jika ingin bahagia bersamanya. Dan layaknya pacar,
skripsi nggak ingin diduakan — apalagi kamu lupakan.
2. Ketika rasa malas menjangkiti, ingatlah bahwa banyak hal penting
dalam hidupmu yang hanya akan terjadi jika kamu
sudah menuntaskan skripsi.
Menunda itu memang candu. Tapi jika kamu terus saja menunda
skripsimu, terkadang itu artinya sama dengan menunda mimpimu yang lain.
Mungkin kamu bercita-cita bekerja di perusahaan ternama, menjadi PNS,
atau menikah. Mimpi-mimpi ini kerap mensyaratkan kamu jadi seorang
sarjana terlebih dulu. Jadi selesaikanlah skripsimu; bebaskan diri dari
godaan untuk menunda-nunda pekerjaan. Dengan begitu, kamu bisa menuju
puncak tangga kesuksesan dengan lebih lancar.
Semakin lama kamu menunda pengerjaan skripsi, semakin berlarut-larut
pula jalanmu dalam meraih impian hidup. Daripada pernikahanmu harus
tertunda juga, ambil langkah sekarang dan tuntaskan kewajibanmu!
3. Kamu boleh percaya bahwa skripsi akan selesai pada waktunya. Namun jangan lupa, yang menanggung beban biaya kuliahmu yang tanpa ujung itu adalah orangtua.
Semakin lama waktu yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan skripsi, semakin banyak uang yang harus
kamuorangtuamu keluarkan untuk membayar uang semesteran. Beban mereka bertambah lagi jika kamu juga masih harus meminta uang jajan.
Skripsi memang akan kelar pada waktunya, tapi waktu ini tidak akan
datang-datang kalau tidak kamu usahakan. Nah, jika kamu ingin bahagia
tanpa harus membebani orangtua dengan biaya kuliah yang tidak murah,
pupuklah niatmu untuk segera pendadaran. Semakin cepat kelar skripsimu,
semakin cepat lega hati orangtuamu. Melihat mereka tersenyum di hari
kamu wisuda adalah salah satu pemandangan terindah yang bisa kamu lihat
di dunia.
4. Niat yang kamu miliki harus tahan menghadapi berkali-kali revisi. Pasalnya, tak pernah ada yang namanya skripsi tanpa revisi.
Mengerjakan skripsi tanpa revisi adalah mustahil. Ada berbagai macam
revisi yang harus kamu hadapi: mengganti judul, mengubah metode,
merombak rumusan masalah, sampai memperdalam pembahasan — skripsimu
bukan jalan tol yang bebas hambatan.
Di sinilah niat yang kuat jadi sangat dibutuhkan dalam proses
menyelesaikan skripsi. Tak perlu merasa tak mampu ketika harus revisi
berkali-kali. Selain karena hal ini adalah hal yang lumrah, inilah juga
kesempatanmu untuk mengembangkan pola pikir sebagai seorang
pembelajar. Nah, sekarang saatnya kamu mengaplikasikan mental itu untuk
membawa skripsimu hingga sidang pendadaran.
5. Mungkin kamu merasa sudah sangat menguasai materi skripsi. Namun, lama tak menemui dosen pembimbing sama saja seperti gali kubur sendiri.
Pintar bukan satu-satunya hal yang jadi modal untuk skripsi yang
lancar. Komunikasi yang baik dengan dosen pembimbingmu juga menentukan.
Dosen pembimbinglah yang akan menentukan seberapa banyak kamu harus
revisi. Beliau juga yang akan menentukan kapan kamu bisa maju sidang
skripsi. Nasibmu saat pendadaran pun bergantung banyak pada kebaikan
beliau. Nah, maka dari itu, peliharalah hubungan baik dengannya dengan
rutin mengunjunginya. Bagaimanapun beliau yang menentukan kapan kamu
bisa wisuda.
Sepintar apapun kamu, mungkin mulai sekarang kamu bisa
coba mendengarkan masukan-masukan dari beliau. Kamu pun bisa
menggunakannya untuk sekadar cerita tentang permasalahan kecil yang kamu
hadapi dalam proses pengerjaan skripsi. Dengan begini, beliau bisa tahu
bahwa kamu serius ingin menuntaskan tugasmu. Beliau pun jadi lebih bisa
menghargaimu.
6. Boleh jadi sekarang kamu sudah punya data untuk penelitian. Tapi jika kamu tak meluangkan waktu untuk mengolahnya, data itu hanyalah angka yang tak akan membuatmu jadi sarjana.
Sebenarnya skripsi bukan hanya tentang pendalaman ilmu yang selama
kuliah. Kamu juga melatihmu untuk mengatur waktu dan belajar membuat
prioritas. Gak sedikit orang yang sudah lama mendaftar skripsi, tapi
masih saja tidak kunjung selesai. Selain karena menunda, kamu juga
membuatnya menjadi prioritas kesekian. Mungkin kamu sudah mempunyai data
skripsi yang kamu butuhkan. Namun jika tidak meluangkan waktu untuk
mengolahnya, angka-angka ini tidak akan bisa membuatmu diwisuda.
Data gak akan mengantarkanmu ke ruang sidang jika ia hanya dibiarkan
nangkring di meja belajar. Jadi luangkanlah waktu supaya kamu bisa
mengolah data, tak peduli seberapa sibuk pun kamu. Karena terkadang
sebenarnya bukan skripsimu susah dikerjakan — kamu saja yang tak cukup
meluangkan waktu untuk mengerjakannya!
7. Mental baja tak hanya diperlukan dalam proses menyelesaikan skripsi. Di medan pendadaran, mental calon sarjanamu ini juga masih harus diuji.
Skripsi bukan hanya membuatmu belajar begadang semalaman, tapi juga
melatih mental. Mungkin sebenarnya laporanmu sudah bisa kamu selesaikan
sejak satu bulan yang lalu, namun kamu masih ragu untuk mendaftar ujian
karena selalu merasa masih ada yang kurang. Padahal kesempurnaan skripsi
gak akan kamu raih jika tidak kamu ujikan segera. Jadi, sebenarnya kamu
gak perlu takut untuk daftar ujian. Keberanian untuk diuji di ruang
sidang akan membuat pendadaranmu lancar.
Karena kekurangan pasti ada dalam setiap karya ilmiah, jadi kamu gak
perlu menunggu skripsimu sempurna untuk maju ujian sidang. Dan kesiapan
pendadaran juga bukan hanya saat kamu sudah paham semua materi, tapi
seberapa kuat mentalmu untuk menerima kritik dan saran dosen penguji.
Nah, berani sidang sekarang?
8. Ambil skripsi itu layaknya mempertahankan rumah tangga. Komitmen untuk bertahan hingga akhirlah yang bisa membuatmu kamu bahagia.
Memutuskan masuk kuliah itu artinya kamu harus siap untuk bertemu
dengan skripsi di semester akhir. Suka atau gak suka,
kamu harus menghadapinya.
Mengambil skripsi itu bisa diibaratkan dengan mempertahankan rumah
tangga. Kamu butuh komitmen yang kuat untuk bisa bertahan sampai
bagian akhirnya.
Butuh komitmen untuk tetap tegar saat dihadapkan dengan dosen
pembimbing yang tidak menyenangkan. Butuh komitmen agar semangatmu tak
jatuh ketika harus memperbaiki banyak hal. Dengan niat yang konsisten,
niscaya kuliahmu akan ditutup dengan manisnya senyum orangtua yang
bangga menyaksikanmu memakai toga.
Perlu kamu pahat dalam-dalam: ketika kamu telah ditakdirkan untuk
masuk suatu universitas, itu artinya kamu juga diberi kemampuan untuk ke
luar dari sana. Kuncinya, kamu punya niat untuk melewati segala
rintangan yang ada.
Skripsi bukanlah mata kuliah yang ada untuk menghambat mimpi-mimpimu. Skripsi adalah cara melatih pola pikirmu untuk menjadi pembelajar yang sebenarnya. Dengan menyelesaikannya, kamu akan belajar banyak hal. Salah satunya? Bagaimana cara mempertahankan niat hingga harapan (memakai toga) bisa jadi kenyataan.
sumber:
http://www.hipwee.com/motivasi/skripsi-bukan-cuma-soal-kecerdasan-dan-semangat-ini-juga-soal-niat/
http://www.hipwee.com/motivasi/skripsi-bukan-cuma-soal-kecerdasan-dan-semangat-ini-juga-soal-niat/
No comments:
Post a Comment